Cari Blog Ini

Selasa, 15 November 2011

Metode Kritik Teks dan Penerapannya


KATA PENGANTAR
Dengan tetap memanjatkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan baik. Penulis menyadari sungguh bahwa paper ini dibuat dengan berbagai kekurangan yang ada, tetapi dengan kekurangan itu penulis berusaha untuk dapat menyelesaikannya menjadi lebih baik.
Dalam paper ini juga penulis berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah yang diangkat dengan penjelasan yang lebih terperinci agar dapat dimengerti oleh pembaca. Penulis sadar sungguh bahwa dalam penyelesaian banyak kendala yang dihadapi, misalnya kurangnya sumber atau referensi yang dibutuhkan sehingga masih banyak kekurangan pada bagian pembahasan dari paper ini. Untuk itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan paper ini agar menjadi lebih baik bagi kita semua. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis menyelesaikan paper ini, kiranya Tuhan selalu menolong kita semua.




Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang Penulisan
B.     Tujuan Penulisan
C.    Rumusan Masalah
D.    Metode Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB  III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran

KEPUSTAKAAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang Penulisan
Sebagaimana kita ketahui naskah asli Perjanjian Baru itu ditulis tangan dalam bahasa dan huruf Yunani. Pada abad pertama dan kedua Masehi telah terdapat banyak sekali naskah yang ditulis dalam bahasa dan huruf Yunani, seperti Homer dan lain-lain. Dengan demikian naskah Perjanjian Baru hanyalah merupakan salah satu saja dari naskah-naskah Yunani yang ada. Sampai sekarang telah ditemukan tidak kurang dari 5000 potongan naskah-naskah asli dari buku-buku Perjanjian Baru. Potongan-potongan itu hanya memuat sebagian kecil saja dari buku-buku yang bersangkutan, dan berasal dari tempat serta waktu yang berbeda-beda. Naskah tulisan tangan Perjanjian Baru itu ada bermacam-macam antara lain:
a.       Penentuan waktu atau tahun naskah. Cara menentukan waktu atau tahun asal-usul naskah-naskah tulisan tangan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan yang cermat dan seksama terhadap keadaan atau konteks dimana naskah itu ditemukan, bentuk naskah, bahan (tinta dan kertas) yang dipakai serta gaya tulisannya.
b.      Papyrus. Naskah tulisan tangan (manuskrip) tertua dari buku-buku Perjanjian Baru yang kita miliki adalah robekan-robekan papyrus dari kitab Yohanes. Naskah tersebut barangkali berasal dari permulaan abad ke-2 Masehi. Manuskrip tertua ini hanya memuat beberapa ayat saja. Tetapi ada papyrus lain yang berasal dari abad ke-3 sampai ke-7 Masehi yang memuat sebagian terbesar dari kitab-kitab Perjanjian Baru. Jumlah papyrus itu kurang lebih ada 80 lembar. Papyrus adalah semacam kertas tulisan kuno yang terbuat dari lembaran-lembaran daun tumbuh-tumbuhan semacam pohon palem.
c.       Unsial. Di samping papyrus ada juga manuskrip yang ditulis di atas kulit binatang. Bentuknya biasanya berupa gulungan dan lebih lama daya tahannya ketimbang papyrus. Manuskrip kulit binatang ini jumlahnya lebih banyak ketimbang manuskrip papyrus. Tulisan tangan pada kulit binatang ini biasanya hanya terdiri dari huruf-huruf besar saja. Tulisan tangan demikian itu disebut unsial. Manuskrip unsial yang terkenal ada dua, yaitu Kodek Vatikanus dan Kodek Sinaitikus yang baru ditemukan pada abad ke-9 Masehi.
d.      Minuskel. Pada abad ke-9 Masehi ditemukan suatu cara menulis yang baru. Cara ini memakai hanya huruf-huruf kecil saja, dan kata-kata ditulis secara bersambung, dengan huruf miring. Cara ini lebih memudahkan dan mempercepat penulisan.
e.       Sumber-sumber lain. Disamping manuskrip-manuskrip tersebut diatas, masih ada lagi 2000 manuskrip yang berisi perikop-perikop Perjanjian Baru bahasa Yunani. Perikop-perikop tersebut adalah yang dipilih untuk dibaca pada hari-hari serta peristiwa-peristiwa tertentu dalam setahun. Bersama dengan itu Perjanjian Baru sejak semula sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang hidup di Timur Tengah kuno.
Dalam mempelajari sebuah teks Alkitab, biasanya seorang penafsir sering menemukan susunan kata-kata yang berlainan atau bacaan-bacaan yang bervariasi, hal ini disebabkan karena adanya terjemahan-terjemahan yang berlainan. Adanya varian-varian teks di dalam naskah-naskah yang ditulis dalam bahasa asli Alkitab seringkali disebabkan karena ada kerusakan pada teks itu sendiri. Secara umum kritik teks itu sendiri mengalami dua macam kerusakan dalam penyebarluasan teks-teks kuno dan yang menimbulkan bacaan-bacaan yang beragam, (a). Kerusakan yang tidak disengaja mencakup kesalahan-kesalahan yang dibuat para penyalin baik karena salah mendengar maupun karena membaca teks. (b). Kerusakan yang disengaja terjadi karena berbagai sebab, dimana seorang penyalin dapat dipaksa untuk memperbaiki ejaan atau tata bahasa dari suatu naskah tulisan yang telah disalinnya dan ia tidak mempersoalankan apakah yang diperbaiki itu benar atau salah. Para penyalin juga mengubah teks dengan sengaja karena pertimbangan teologis atau doctrinal. Jika sebuah teks yang tengah disalin berisikan sebuah pernyataan yang tidak disetujui penyalin, kadang-kadang teks itu diubah atau diperluas untuk dibuat sejalan dengan posisi yang lebih ortodoks.

B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini yaitu sebagai syarat dari dosen penyaji mata kuliah Pengantar Hermeneutik Perjanjian Baru.


C.    Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat oleh penulis dan akan dibahas dalam paper ini antara lain:
Ø  Defenisi Kritik Teks
Ø  Tujuan Kritik Teks
Ø  Tugas dari Kritik Teks
Ø  Langkah-langkah Kritik Teks
Ø  Contoh-contoh Kritik Teks
Ø  Signifikasi Kritik Teks dalam Penafsiran Alkitab

D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan paper ini ialah dengan membaca buku-buku referensi dan mencari sumber-sumber informasi yang ada untuk pengembangan paper ini.










BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Pada bab ini akan dibahas masalah-masalah yang telah diangkat atau dicatat pada rumusan masalah antara lain:

Ø  Defenisi kritik teks
Kritik teks adalah salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis teks secara historis atau sejarah, baik itu sejarah teks dari dalam maupun teks dari luar. Sejarah dari dalam teks mencakup penyalinan sampai kanonisasi sedangkan dari luar teks mencakup hal-hal yang dikatakan oleh bapak-bapak gereja, dan lain-lain.

Ø  Tujuan dari kritik teks
Tujuan dari kritik teks adalah mengadakan rekonstruksi teks yang terjadi pada masa teks ditulis sampai diterima sebagai kitab sebelum pengkanonan seluruh Alkitab. Tujuan kritik teks juga untuk menganalisa teks sehingga teks bisa mendekati bentuk naskah Yunani yang asli.

Ø  Tugas dari kritik teks
Menjalankan tugas kritik teks dalam penafsiran Alkitab Perjanjian Baru adalah langkah yang sangat penting. Ada tigs tugas besar pada tugas kritik teks Perjanjian Baru:
1.      Meneliti penggabungan atau kumpulan bukti-bukti, khususnya termasuk penyatuan (perbandingan) dari manuskrip-manuskrip (MSS) satu sama lain untuk mengetahui di mana terdapat kesalahan-kesalahan serta perubahan-perubahan pada teks yang telah ada sebagai variasi teks dan studi tentang bagaimana dan mengapa variasi-variasi tersebut terjadi.
2.      Mengevaluasi dan menaksir atau menilai kekhususan yang signifikan dan implikasi-implikasi dari fakta-fakta dengan suatu pandangan untuk menentukan bacaan-bacaan yang berlainan serta mencari teks yang lebih dekat dengan naskah asli.
3.      Merekonstruksi sejarah dari transmisi teks, terhadap kemungkinan yang lebih luas yang didukung oleh fakta.
Perlunya menjalankan tugas kritik teks adalah karena naskah Perjanjian Baru yang ada di tangan kita sekarang terdapat kesalahan-kesalahan dalam proses penulisan. Adanya kesalahan dalam proses penulisan dan pencetakan naskah Perjanjian Baru bisa membuat para pembaca dalam membaca teks menjadi kurang tepat dari salinan yang ada. Untuk itulah kritik teks mencari untuk memahami proses transmisi serta akibat-akibat dari kesalahan yang telah terjadi dari yang asli agar mengembalikannya pada bentuk yang lebih original.

Ø  Langkah-langkah kritik teks
Untuk membuat kritik teks dibutuhkan tiga langkah yaitu:
1.      Mengumpulkan nats/teks yang menyimpang serta meneliti: karena semua teks yang hendak kita teliti itu bersifat tradisi, maka maka saksi dalam teks itu lebih tua dan yang meyakinkan kebenaran teks itu harus ditentukan lebih dulu.
2.      Menguji teks yang telah diganti dalam hubungannya dengan yang utuh dalam teks keseluruhannya. Menguji teks itu berdasarkan bentuk bahasa dan unsure isi teksnya,
3.      Mengambil keputusan adalah usaha yang terakhir dari metode kritik teks: setelah teks dalam naskah yang dikumpulkan itu diuji – karena penyimpangan dari naskah asli, maka tugas kita ialah menentukan kata-kata mana yang dapat diterima, sesuai dengan syarat-syarat atau alasan-alasan yang meyakinkan.

Ø  Contoh-contoh kritik teks
1 Korintus 15:51
“Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah”
Untuk lebih mudah menghubungkan soal baiklah kita menyalin dulu, masing-masing ragam nats 1 Korintus 15:51 sesuai dengan apparatus naskah Yunani (Terbitan UBS 1966, hlm. 616-617). Di bawahnya langsung diberikan terjemahan.
1.      Pantes u koimethesometha,                             B (Vaticanus)dll
pantes de allagesometha
kita tidak akan mati semuanya,
tetapi kita semuanya akan diubah

2.      Pantes u koimethesometha, u                          p. 46(Chester Beatty Papyrus),
pantes de allagesometha                                 Ac (Alexandrinus yang sudah dikoreksi).
kita tidak akan mati semuanya,
tetapi tidak semuanya kita akan
diubah.

3.      Pantes un koimethesomentha,                         Ggr (Boernerianus)
u pantes de allagesomentha
maka kita akan mati semuanya,
tetapi tidak semuanya kita
akan diubah

4.      Pantes koimethesometha, u                             ‘A (aleph) (Sinaiticus).
pantes de allagesometha                                 E (Ephraem),dll.
kita akan mati semuanya, tetapi
tidak semuanya kita akan diubah

5.      Pastes koimethesometha, pastes                     A (Alexandrinus asli)
de allagesometha
kita akan mati semuanya, tetapi
kita semuanya akan diubah (juga)

6.      Pantes anastesometha, u                                 D dll. Yang mewakili teks/
pastes de allagesometha                                  nats Barat.
kita akan bangkit semuanya,
tetapi tidak semuanya kita
akan diubah

Pertimbangan – tahap pertama:
Ragam kedua termuat dalam salah satu naskah Yunani yang tertua, yaitu papyrus 46 (Chester Beatty) yang berasal dari tahun 200. Hanya saja ragam kedua itu kurang luas kesaksiannya, di samping p 46 hanya Ac dan Origenes yang mempunyai ragam itu, yang berharga juga, oleh sebab usianya adalah ragam pertama yang dimuat dalam salinan Vaticanus (abad IV) dan ragam keempat yang terdapat dalam salinan Sinaiticus (abad IV). Kedua salinan ini termasuk ke dalam nats Mesir, yang umumnya paling dihargai bunyi natsnya. Di antara kedua ragam tersebut, khususnya ragam pertama (B) yang luas disaksikan. Tetapi berdasarkan pertimbangan ini, tidak dapat diambil keputusan yang agak pasti, karena kita memperoleh tiga ragam yang patut dihargai, oleh sebab umur salinan-salinan yang memuatnya.

Pertimbangan – tahap kedua:
Kita mendapat 6 ragam. Kalau kita mau menentukan ragam asli di antara begitu banyak ragam itu haruslah kita langsung memberi alasan-alasan untuk timbulnya ragam-ragam yang lain itu. Dalam menunaikan tugas ini kita ditolong oleh pedoman-pedoman metodis yang bisa saudara temui dalam karangan “Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru” oleh M.E. Duyverman (hlm.26-27). Pedoman ketiga adalah tepat untuk persoalan kita. “Ragam yang lebih sukar ialah kiranya ragam yang asli”. Ragam yang sukar ialah ragam yang pertama (B). “Kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah”. Kalimat ini menyatakan pengharapan Paulus bahwa dia dengan orang-orang sebayanya akan langsung mengalami parousia (Kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya). Selama mereka masih hidup, Tuhan akan datang untuk mengubah orang-orang milik-Nya ke dalam hidup kemuliaan. Pengharapan ini tidak terkabul, sehingga kalimat Paulus ini menjadi suatu batu sandungan bagi generasi kemudian. Makanya mereka melihat alasan yang kuat untuk mengubah kalimat itu. Sejarah tersusunnya ragam-ragam nats yang baru itu mungkin dapat kita bayangkan seperti berikut. Dalam salinan Sinaiticus, kata Yunani “u” (tidak ditempatkan di depan bagian kedua dari kalimat itu. Bunyinya sekarang: kita akan mati semuanya, tetapi tidak semuanya kita akan diubah. Begitu jugalah maksud dari ragam yang ketiga (G): lebih hebat lagi susunan kalimat dalam p 46, Ac di mana kita melihat bahwa sudah digabungkan bagian pertama dari kalimat menurut B (yang asli itu) dengan bagian kedua menurut Sinaiticus. Jadi ragam yang menurut susunan kita adalah nomor dua, merupakan suatu kombinasi dari ragam pertama dan ragam keempat menurut susunan kita itu.
Sehingga bunyinya sekarang: kita tidak akan mati semuanya, tetapi tidak semuanya kita akan diubah. Salinan A, ragam kita yang kelima, menganut suatu paham yang berkeyakinan bahwa kita semuanya akan mati dan semuanya itu akan diubah juga untuk menghadapi penghukuman oleh Allah, Hakim itu. Paling radikal kita sebutkan ragam nats Barat (D), karena disitu kata kerja pertama yang dipakai Paulus sudah diganti dan beginilah bunyinya sekarang: kita akan bangkit semuanya. Bagian kedua dari kalimat itu serupa bentuknya dengan ragam p.46, sehingga dapat kita menduga D ini bergantung pada p.46. Dengan demikian dikemukakan pandangan umum dalam gereja di kemudian hari tentang tahap-tahap kejadian pada masa eskaton: semua orang akan bangkit, semua orang akan dihukum, tetapi yang akan diubah ke dalam hidup kemudian hanyalah orang yang berselamat.

Ø  Signifikansi Kritik Teks dalam Penafsiran Alkitab
Kritik teks menjadi sangat penting dalam tugas menafsirkan Alkitab, agar penafsiran semakin dapat berimbang dan dapat mencari tahu apa makna yang tersimpan dalam teks itu sendiri. Kritik teks memberitahukan perhatian pada gaya dari penulis Alkitab, pemikirannya serta argumentasi-argumentasi.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penulisan paper ini maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa kritik teks sangat penting dalam penafsiran Alkitab, karena dengan cara ini penulis dapat mengetahui bagaimana cara menganalisis teks dari berbagai ragam serta varian-varian yang ada dalam teks sehingga penulis juga dapat menentukan ragam atau teks yang dapat mendekati teks yang asli dengan berbagai usaha-usaha yang ada.

B.     Saran
Dengan demikian maka untuk memperbaiki paper ini menjadi lebih baik, penulis sangat membutuhkan kritik serta masukan-masukan yang bersifat membangun demi penyempurnaan paper ini ke depan dan berguna bagi kami mahasiswa.  











KEPUSTAKAAN

Sutanto Hasan, Hermeneutik : “Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab”

Prof. S. Wismoady Wahono Ph. D : “Disini Kutemukan”

Dr. A.A. Sitompul & Dr. Ulrich Beyer : “Metode Penafsiran Alkitab”

Hayes, John. H & Holladay, Carl. R: “Pedoman Penafsiran Alkitab”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar